Selasa

Kunjungan PPL dinas pertanian dan petani binaan


  
Pada tanggal 15 juni 2012 kami kedatangan tamu dari penyuluh pertanian daerah kota/kab Malang termasuk beberapa petani yang terkumpul dalam kelompok tani di wilayah Malang. Kedatangan beliau adalah ingin menyaksikan secara langsung proses penanaman pohon gmelina, belimbing, dan pisang yang sudah dilakukan di daerah asembagoes. selain itu kelompok tani dan para penyuluh tersebut juga dapat mempelajari proses pembuatan pupuk dengan menggunakan degester yang kami bangun di setiap lahan kami.

60 orang rombongan hadir sejak jam 7 pagi ini dimulai dengan pengarahan di ruang pertemuan di lokasi
kami kebun yang berada di pinggir jalan. Selanjutkan dr. Zainal gani menjelaskan tentang sistem yang
dikembangkan di area tersebut, yang kini juga dikenal sebagai "padepokan petani berdasi". Berdasi disini
bukan berarti menggunakan dasi sesungguhnya, tapi pemikiran dan konsep yang diterapkan adalah pertanian
modern.

Penjelasan awal mengenai kondisi alam di asembagus yang potensi sinar mataharinya luar biasa, hingga akhirnya memulai penanaman kayu mindi, yang hasilnya digunakan sebagai ruang pertemuan yang digunakan. Selanjutnya  penanaman gmelina arborea (jati putih) yang melihat dari potensi lokal yang telah dikembangkan masyarakat sekitar. Hingga pengembangan tanaman buah belimbing, yang kini bertahap juga dikembangkan buah pisang.

Kekuatan utama di setiap lahan yang dikembangkan adalah membuat siklus alam, dimulai dari kandang sapi,
bio degester sebagai penghasil rumput, sistem tandon dan pengairan, termasuk degester (sampitank) rumah tangga. Hasil pupuk yang diperoleh bisa langsung dimanfaatkan disekitar tempat tinggal untuk penanaman sayuran, yang hasilnya bisa digunakan sehari-hari. Selain itu dikembangkan juga kolam lele dan ternak kelinci dan ayam.

Para peserta juga berkesempatan masuk ke lahan penanaman di wilayah batu ampar, batu pagar, dan jembatan murti untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata dengan pengalaman langsung. Peserta sangat antusias mengikuti tour ke lahan dengan menggunakan kendaraan pickup yang dilengkapi dengan kursi berbahan kayu gemelina hasil penjarangan.

Seusai keliling kebun, semangat peserta tour semakin membara di sesi tanya jawab. PPL dan rekan-rekan petani sangat antusias bertanya utamanya tentang sistem saptitang serta bio degester yang dapat menghasilkan pupuk. Selain berbiaya rendah, tentu dengan sistem kandang yang baik dapat menghasilkan sapi yang sehat dan berpeluang mendapatkan tambahan pendapatan dari ternak tersebut. Selain dijelaskan cara pembuatan secara mendetail, sistem 4 ruangan dan cara mensuply bahan pupuk dari degester juga langsung didemokan.

Sekitar jam 11.00 akhirnya tour di wilayah asembagus berakhir, dan peserta melanjutkan perjalanan. Semoga kunjungan ke kebun kami dapat memberikan pengetahuan serta inspirasi untuk bisa memanfaatkan potensi alam dengan lebih efisien dan optimal. Apakah rekan-rekan pembaca tertarik?

Serangan wabah?


Kondisi tanaman seringkali susah di prediksi, terlebih di musim hujan asam yang terjadi di bulan februari - maret yang lalu menyebabkan beberapa tanaman terserang semacam virus sehingga kodisi 
daun rontok.


Di beberapa area penanaman seperti jembatan murti ditemukan kasus yang serupa dan menyerang lahan yang usia gmelina arboreanya sudah mencapai 2 tahun. Padahal sebenarnya lahan ini adalah experimen kami dengan menggunakan sistem pengeboran di lokasi penanaman bibit dan diberikan unsur hara yang penuh. Perkembangan yang luar biasa di tahun pertama, akhirnya tidak dapat mempertahankan diri dari hujam asam, dan harapan kami untuk lahan ini kini tinggal 75% saja. 

Kami coba membantu memberikan kapur untuk menanggulangi wabah / virus yang merontokkan daun, dan kemungkinan melakukan pembusukan pada bagian akar. Untuk lahan utama jembatan murti kami coba lokalisasi beberapa tanaman yang nampaknya terserang agar tidak menular ke lahan 3000 meter yang kami tanam.

Lokasi di daerah batu ampar dan batu pagar yang berumur 3 - 4 tahun relatif tahan terhadap serangan virus ini. Beberapa lahan sekitar dan tanaman liar di derah ini juga perlu diwaspadai jika tersedang juga.

Dulu Belimbing, Kini Pisang


Penanaman belimbing ternyata berbiaya tinggi. Setelah panen sekitar 1 tahun lebih secara intensif, ternyata penanaman buah belimbing secara ekonomi kurang menguntungkan. Biaya tinggi akibat pembungkusanatau dikenal dengan brongsong mengakibatkan biaya operasional tenaga kerja dan bahan plastik cukup tinggi.


Selain itu ternyata harga yang dapat diterima di pasar juga tidak stabil. Harga dari petani ketika panen besar bersamaan dengan wilayah lain hanya berkisar Rp2000-4000/kg. Tentunya biaya operasional pengiriman, restribusi pasar, komisi, dan biaya lain membuat keuntungan dari menanam buah belimbing terpangkas.

Akhirnya sekitar 3-4 bulan yang lalu kami mulai memikirkan alternatif pengganti belimbing dengan buah lain.
Dari studi yang dilakukan secara intesif akhirnya kami memilih buah pisang yang dirasa berbiaya tetap lebih rendah. Selain umum dikonsumsi menjadi buah piring sehari-hari, pisang juga dapat dijadikan berbagai olahan turunan seperti keripik, opak, dan makanan ringan lainnya.

Ada berbagai jenis pisang yang saat ini ditanam. Mulai dari pisang candi, pisang agung, pisang susu, hingga pisang kirana.Tentu secara ekonomis, pisang sendiri juga bervariasi harganya. Dari pengalaman kami, 
untuk pisang susu 1 tandan bisa laku hingga lebih dari Rp.100.000. untuk pisang candi bisa mencapai Rp.80.000/tandan.

Untuk pasar juga relatif mudah diterima. Untuk wilayah lokal sudah diterima, bahkan dari beberapa instansi
dan pelabuhan sudah bertahap kami supply.

semoga pisang ini menjadi alternatif penanaman buah, selain harapan dari penanaman kayu jati putih, gmelina
arborea yang terus kami kembangkan.